KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengantar
Filsafat” . Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas dari Dosen Mata Kuliah Pengantar Filsafat.
Makalah ini ditulis berdasarkan berbagai sumber yang berkaitan dengan materi pengantar filsafat,
serta infomasi dari berbagai media cetak maupun elektronik.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan mengenai Filsafat
terutama materi mengenai kontroversi-kontroversi pokok dalam filsafat, sehingga
kita dapat menambah pengetahuan seputar filsafat.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Filsafat/filosofi berasal dari kata Yunani yaitu philos (suka) dan sophia
(kebijaksanaan), yang diturunkan dari kata kerja filosoftein, yang
berarti : mencintai kebijaksanaan, tetapi arti kata ini belum menampakkan arti
filsafat sendiri karena “mencintai” masih dapat dilakukan secara pasif. Pada
hal dalam pengertian filosoftein terkandung sifat yang aktif.
Filsafat adalah pandangan tentang dunia dan alam yang dinyatakan secara
teori. Filsafat adalah suatu ilmu atau metode berfikir untuk memecahkan
gejala-gejala alam dan masyarakat. Namun filsafat bukanlah suatu dogma atau
suatu kepercayaan yang membuta. Filsafat mempersoalkan soal-soal: etika/moral,
estetika/seni, sosial dan politik, epistemology/tentang asal pengetahuan,
ontology/tentang manusia, dll.
Salah satu sumber keprihatinan kita terhadap kondisi psikososial
umat islam kontemporer ialah lambatnya kelompok ini mentas dari “masa
kanak-kanak” dalam banyak hal. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri: terobsesinya
umat dengan simbol-simbol formalisme-legalistik, pemahaman keagamaan yang
suerfisial dan skripturalistik, mudahnya umat tergoda dari retorika dan orasi
emosional tanpa penalaran dan, pada saat yang sama, gamangnya mereka menghadapi
tantangan realitas zaman yang menuntut kemampuan apropriasi, yaitu kemampuan
memahami orang lain tanpa hanyut kedalamnya.
Sebagai langkah awal, walaupun barangkali kedengarannya janggal,
penting kiranya kita mendefinisikan secara tuntas hakikat filsafat islam.
Memang, akan sangat mencemaskan apabila para pelaku suatu wilayah penyelidikan
lebih suka menghabiskan waktu membenarkan
sesuatu yang mereka lakukan. Namun, boleh jadi, ada pelaku-pelaku yang
benar-benar hendak mencermati semua masalah konseptual yang tersangkut dalam
kegiatan mereka.
Filsafat berkaitan dengan hal-hal dan konsep-konsep umum yang
didasarkan pada kesahihan universal, kita tidak bisa mengharapkan filsafat bisa
banyak bermanfaat untuk suatu agama tertentu. Inilah banyak
kontroversi-kontroversi pokok yang terjadi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka berikut penulis akan merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah
pengertian filsafat ?
2.
Bagaimanakah
Akhirat itu ?
3.
Apakah
yang bisa tuhan ketahui?
4.
Bagaimanakah
teori David Hume tentang jiwa?
C. MAKSUD
DAN TUJUAN
Adapun
maksud dan tujuan pembahasan makalah ini, yaitu berdasarkan rumusan masalah di
atas :
1.
Untuk
mengetahui apa itu filsafat
2.
Untuk
mengetahui pandangan filsafat bagaimana akhirat itu
3.
Untuk mengetahui apa yang bisa Tuhan ketahui
ditinjau dari filsafat
4.
Untuk
mengetahui teori David /hume tentang jiwa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Filsafat
Orang yang berfilsafat
dapat diumpamakan sebagai seseorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang , ia
ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kemestaan
alam, Karakteristiknya berfikit filsafat yang pertama adalah menyeluruh, yang kedua mendasar. Filsafat adalah ilmu yang
berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran/ rasio belaka.
a. Menurut harun nasution
Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau
agama) dan dengan sedalam- dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan
b. Menurut plato( 427-347 sm)
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada
c. Aristoteles (384-322 sm)
Yang merupakan murid plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas
segala benda.
d. Marcus tullius cicero (106 – 43 sm)
Mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha
agung dan usaha untuk mencapainya.
e. Al farabi (wafat 950 m)
filsuf muslim terbesar sebelum ibn
sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan
bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
f. Immanuel kant (1724 – 1804)
Menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan
yang mencakup didalamnya 4 persoalan : yaitu
(1) Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab dengan metafisika) ,
(2) Apakah yang boleh kita kerjakan (dijawab dengan etika),
(3) Sampai dimanakah pengharapan kita
(dijawab dengan agama)
(4) Apakah yang dinamakan manusia (dijawab dengan antropologi)
g. Harold h.titus
Mengemukakan 4 pengertian filsafat. Adalah :
(1) Satu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta (philosophy is an attitude toward life and the universe)
(2) Filsafat adalah satu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah (philosophy is a method of reflective
thinking and reasoned inquired)
(3) Filsafat adalah satu perangkat masalah ( philosophy is a group pf problems)
(4) Fisafat ialah satu perangkat teori atau isi pikiran (philosophy is a group
of system of thouhg).
h. Prof. Dr. Fuad hassan
Guru besar psikologi universitas indonesia menyimpulkan bahwa filsafat
adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu
gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan
penjajagan yang radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal .
i.
Al- farabi
Mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui semua yang wujud karena ia
wujud.(al-ilm bil maujudat bimahiya maujudah). Tujuan terpenting mempelajari
filsafat adalah mengetahui tuhan, bahwa ia esa dan tidak bergerak, bahwa ia
memjadi sebab yang aktif bagi semua yang ada , bahwa ia mengatur alam ini
dengan kemurahan, kebijaksanaan dan keadilan-nya, seorang filosof atau al hakim
adalah orang yang mempunyai pengetahuan tentang zat yang ada dengan sendirinya
(al-wajibli-dzatihi), wujud selain allah , yaitu mahluk adalah wujud yang tidak
sempurna.
j.
Ibnu sina
Pembagian filsafat bagi ibnu sina pada pokoknya tidak berbeda dengan pembagian
yang sebelumnya, filsafat teori dan filsafat amalan. Filsafat ketuhanan menurut
ibnu sina adalah:
1. Ilmu tentang turunnya wahyu dan mahluk-mahluk rohani yang membawa wahyu
itu, dengan demikian pula bagaimana cara wahyu itu disampaikan, dati sesuatu
yang bersifat rohani kepada sesuatu yang dapat dilihat dan didengar.
2. Ilmu akherat (ma’ad) antara lain memperkenalkan kepada kita bahwa manusia
ini tidak dihidupkan lagi badannya, maka rohnya yang abadi itu akan mengalami
siksa dan kesenangan.
2.
Akhirat
Masalah seperti apa yang dihadapi oleh falasifah mengenai
ide-ide ini ? Masalah mendasar pada gagasan kehidupan setelah mati yang
bersifat personal ialah bagaimanakah indentitas personal itu tercipta kembali
setelah lenyapnya ruh dan raga (A 82-96). Jika jiwa tetap hidup setelah
menghadapi kesulitan memaparkan siapa pemilik jiwa itu sebenarnya. Jelas
kiranya bahwa jiwa tadi adalah jiwa dari orang yang raganya telah hancur dan
bahwa jiwa tadi melanjutkan perjalanannya dalam bentuk-bentuk lain.
Namun, apa yang membedakan satu jiwa dengan jiwa lainnya?
Jawabannya, yaitu pertama, raga yang telah ditempatinya; dan kedua, segenap
memori dan pikiran unik yang terdapat didalam jiwa itu sendiri. Dengan
demikian, pada saat mati, jiwa bisa terus hidup beserta segenap memori dan
pikiran uniknya, sambil tetap teringat pada raga yang menyertai kehidupan
fananya. Masalahnya kemudian adalah untuk menjadi sesuatu sebagaimana
ditegaskan Arisoteles, jiwa memerlukan materi. Dan jika kebangkitan kembali itu
semata-mata bersifat spiritual, tidak akan ada masalah bagi bentuk seseorang (the
form of the person), yang tak lain adalah jiwanya sendiri, untuk membentuk
dan menjelma kembali.
Keberatan Al-Ghazali terhadap falsifah tepatnya bukan karena mereka menolak kehidupan
akhirat. Namun, karena mereka menolak kebangkitan fisik. Al-Ghazali menguraikan
sikap falasifah menunjukan betapa pentingnya menegaskan perihal hakikat
materi dalam kehidupan itu. Itulah sebabnya Al-Quran menguraikan kehidupan
akhirat dengan bahasa yang ragawi. Namun, masalahnya adalah bagaimana
menjelaskan proses alami kematian dan pembusukan tubuh bisa dibalik oleh Allah.
Memang, mungkin saja membayangkan bahwa setelah saya dikubur, saya dibangkitkan
kembali oleh Allah, lantas saya mengembara bersama tubuh dan ruh saya ketempat
yang layak untuk saya. Akan tetapi, apakah untuk imajinasi ini membuktikan
bahwa hal itu mungkin adanya? Jelas, yang bisa terbayangkan disini ialah
terjadinya mukjizat. Padahal, seperti kita tahu, falasifah tidak begitu
saja menerima gambaran mengenai mukjizat.
Dalam hal kehidupan setelah mati (akhirat) ada sedikit perbedaan
antara plato dan Marx. Plato berpendapat bahwa jiwa tidak akan mati (abadi).
Jiwa akan menghadapi pengadilan dan berhak menerima siksa ataupun surga menurut
baik buruknya amal selama masih hidup. Selain itu, setelah mati ia akan diberi
kesempatan memilih kondisi keberadaanya yang akan datang. Meskipun demikian,
plato tidak yakin adanya maksud tujuan sejarah secara keseluruhan. Sebaliknya,
Marx tidak mengakui adanya ujian-ujian ketahanan hidup setelah mati tersebut,
tapi justru menyatakan bahwa ada tujuan sejarah.
Kesatuan dunia dan akhirat, yang menurut S.H Nasr disebut juga
sebagai scientia sacra, yaitu reintegrasi antara ilmu pengetahuan dan
metafisika, merupakan solusi yang bijak dalam mengatasi segala macam krisis. Ia
mengatakan bahwa agar dapat damai dan harmonis dengan alam, maka orang harus
harmonis dan sesuai dengan Tuhannya, yang merupakan sumber dan asal segala
sesuatu.
Dalam konsep filsafat islam, kehidupan dunia tidak dipertentangkan
dengan kehidupan akhirat, akan tetapi diletakkan dalam wawasan tauhid yaitu
menekankan pada kesatuan dimensi spritualitasnya, sehingga seprti yang
digambarkan suatu hadits, sesungguhnya kehidupan dunia adalah tempat menanam
kehidupan akhirat. Di dalam Al-quran juga terdapat fiman Allah SWT surah
Al-Baqarah ayat 201-202 :
“ Dan diantara mereka ada orang yang berkata, ya tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkanlah kami
dari api neraka. Mereka itu akan memperoleh bagian dari apa yang mereka
kerjakan, dan Allah sangat cepat perhitungannya. “
3.
Apa
yang bisa Tuhan ketahui?
Apa masalahnya dengan gagasan pengetahuan Tuhan atas
peristiwa-peristiwa di dunia? Tentu saja, tidak ada masalah dalam membayangkan
pengetahuan Tuhan. Namun, falasifah membatasi
pengetahuan ini pada kenbenaran-kebenaran abstrak dan niscaya (A 71-81).
Bagaimana Tuhan bisa mengetahui tindakan yang saya lakukan sekarang jika Dia
tidak memiliki tubuh? Kita mengetahui bahwa Tuhan tidak bertubuh. Karenanya,
Dia tidak bisa mengetahui tindakan manusia. Seperti kata Al-Ghazali, pernyataan
ini bisa berarti bahwa Tuhan tidak mengetahui Muhammad SAW telah menjadi nabi!
Kita hanya mempunyai sedikit kesulitan membayangkan pengetahuan Tuhan tentang
segala sesuatu, termasuk fakta-fakta temporer dan terbatas, lantaran kita
dengan mudah dapat merentangkan ketakterbatasan-Nya pada pengetahuan-Nya.
Seperti halnya saya tahu semua isi rumah saya, Tuhan pun tahu isi
kamar semua orang, disemua tempat dan sepanjang zaman. Problemanya adalah
apakah ini berarti Dia memiliki penggalan-penggalan pengetahuan yang
berubah-ubah dan berbeda-beda? Bagaimana mungkin kesadaran yang sempurna dan
abadi mempunyai penggalan-penggalan pengetahuan yang bersifat sementara dan
berubah-ubah? Lenih kasarnya, yaitu bagaimana mungkin zat berindra bisa mengetahui
segala sesuatu yang hanya bisa diketahui oleh makhluk berindra? Bagaimanapun,
Tuhan memang mesti mengetahui semua peristiwa keseharian karena Dialah yang
akan memberi pahala dan siksa. Kita mengharapkan Tuhan menaruh perhatian pada
segenap ciptaan, tidak seperti direktur perusahaan yang tidak mengetahui para
pegawai ataupun apa yang mereka lakukan.
Pokok masalahnya adalah apakah bagian dari makna “Tuhan” untuk
mengetahui semua hal yang partikular dan membangkitkan kita kembali secara
fisik? Menurut falasifah, kelemahan ide Tuhan mengetahui semua fakta
adalah bagaimana kiranya menjelaskan Maujud Mahasempurna sampai mengetahui
segala hal? Apakah itu juga berarti mengetahui sesuat termasuk objek-objek yang
bersifat remeh-remeh dan sementara? Ataukah kemahatahuan sebetulnya mengetahui
prinsip-prinsip umum yang mengatur dunia fana? Menurut falasifah, pendapat terakhirlah yang benar. Bagi mereka,
tidaklah pantas Tuhan disebut mengetahui segala sesuatu secara mutlak,
betapapun remehnya.
Agama sesungguhnya
membentuk persepsi tentang Tuhan, dan bukan Konsepsi tentang Tuhan, dan
presepsi tentang Tuhan itu diperoleh melalui praktik menjalankan tata cara
peribadatan kepada Tuhan, yang diatur secara datail dan operasional oleh agama
dan melalui upacara peribadatan keagamaan itu, seorang pemeluk agama diharapkan
mempunyai persepsi mengenai Tuhan yang disembahnya itu.
3.
Teori
David Hume tentang jiwa
David
Hume, tokoh besar skeptisime dari scotlandia membuat suatu gebrakan intelektual
terhadap semua teori tentang jiwa, terutama yang dipertahankan oleh pendeta
Idealis tipe Brekeley (lahir 1685). Berkeley telah membantah pernyataan bahwa
materi tidak eksis dan hanya roh saja yang aksis – roh Tuhan dan roh Manusia.
Sebaliknya, Hume membantah bahwa semua proses mental hanyalah merupakan
pencampuran rasa yang diatur oleh gabungan prinsip. Jiwa hanya merupakan sebuah
tradisi yang telah diterima tanpa berbagai pengetahuan yang benar dan tidak ada
bukti mengenai eksitensinya yang pernah atau dapat dihasilkan. Sebagaimana Agnotisisme
dan Ateisme pada masa kini, Hume dan penganut skeptis lain dari abad ke-17 dan
18 percaya, bahwa jiwa merupakan sebuah khyalan yang dihasilkan oleh pendeta
dalam rangka memperthankan kekuatan dan pengaruh mereka terhadapa
fikiran-fikiran publik. Agnostisisme dan Ateisme di Eropa, sebagian besar
diarahkan untuk melawan gereja kristen, namun kedua aliran ini, ternyata juga
mempunyai unsur kebenaran tertentu, yaitu tatkala kaum Agnostisisme dan Ateisme
mengingkari Tuhan dan jiwa, maka ide mereka tentang jiwa dan Tuhan didasarkan
pada fikiran-fikiran Kristen tentang Tuhan dan jiwa. Jadi, dalam keseluruhan
abad XVIII M yang ada hanyalah aliran Skeptisisme dan Materialisme yang
menguasai pemikiran filsafat Eropa dan berlanjut hingga abad XIX. Sementara
itum Leibnitz (lahir 1646) dan kant (lahir 1724) telah memberikan satu
perubahan baru bagi pemikiran filsafat.
BAB III
PENUTUP
a.
KESIMPULAN
1. Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan pikiran/ rasio belaka.
2. Dalam konsep filsafat islam, kehidupan dunia tidak dipertentangkan
dengan kehidupan akhirat, akan tetapi diletakkan dalam wawasan tauhid yaitu
menekankan pada kesatuan dimensi.
3.
Agama
sesungguhnya membentuk persepsi tentang Tuhan, dan bukan Konsepsi tentang
Tuhan, dan presepsi tentang Tuhan itu diperoleh melalui praktik menjalankan
tata cara peribadatan kepada Tuhan, yang diatur secara datail dan operasional
oleh agama dan melalui upacara peribadatan keagamaan itu, seorang pemeluk agama
diharapkan mempunyai persepsi mengenai Tuhan yang disembahnya itu.
4.
dalam
keseluruhan abad XVIII M yang ada hanyalah aliran Skeptisisme dan Materialisme
yang menguasai pemikiran filsafat Eropa dan berlanjut hingga abad XIX.
Sementara itum Leibnitz (lahir 1646) dan kant (lahir 1724) telah memberikan
satu perubahan baru bagi pemikiran filsafat.
b.
Saran
jika dilihat dari peranan filsafat dan manfaat dari filsafat itu sendiri,
ada baiknya kita mempelajari dan lebih memahami serta mendalami kajian dari
ilmu filsafat.
Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Leaman,
Oliver, Pengantar Filsafat Islam:Sebuah pendekatan tematis, Bandung:Mizan,
2001
Asy’arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi dalam Berpikir,
Yogyakarta:Lesfi, 2001.
Sarwar, H.G, Filsafat Al-Quran, Jakarta:Rajawali Pers, 2011
Edwards, Paul, Eschatology, op. Cit, hlm 48-49.
Endang Saifuddin Anshari Ilmu, Filsafat dan Agama ,Bina ilmu
Surabaya 1979
Tidak ada komentar:
Posting Komentar